KUBET – Digitalisasi MBG, Pertumbuhan Anak dan Alergi Dipantau lewat Teknologi

Muhammadiyah melalui Badan Usaha Milik Muhammadiyah (BUMM) yakni PT Surya Ahda Digital (Sadigi) dan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX) untuk kerja sama digitalisasi ekosistem bisnis amal usaha, Jakarta, Kamis (25/6/2025).

Lihat Foto

Makan Bergizi Gratis (MBG).

“Kami menyebutnya semacam program monitoring makan bergizi gratis,” ujar Yayat Sujatna, rektor institut tersebut, dalam acara Kolaborasi Strategis Muhammadiyah dan DMMX, Rabu (25/6/2025).

Yayat menjelaskan, programnya menggunakan indeks antropometrik untuk mengevaluasi pertumbuhan dan perkembangan anak.

Data menu makanan MBG yang disediakan dimasukkan ke dalam sistem, lalu dibandingkan dengan kondisi anak-anak di lapangan untuk melihat kesesuaian menu dengan kebutuhan pertumbuhan.

“Karena ada anak dengan satu menu tertentu menjadi lebih sehat, berat badannya naik, tapi ada juga yang justru makin kurus,” ungkap Yayat.

Selain memantau status gizi, program ini juga mampu mengidentifikasi alergi makanan. Tidak hanya secara individual, tapi juga berdasarkan wilayah.

Misalnya, di suatu kawasan terpantau banyak anak alergi telur, sementara di kawasan lain lebih banyak yang alergi ayam. Informasi ini dapat digunakan untuk menyesuaikan dapur MBG agar menyediakan makanan yang sesuai kebutuhan dan tidak membahayakan anak.

“Untuk anak-anak yang terpantau tidak mengalami perubahan indeks perkembangan tubuh, akan kami rujuk ke program layanan kesehatan untuk mendapatkan pemantauan lebih lanjut,” kata Yayat.

Menurut Yayat, dengan adanya pemantauan, program MBG ditujukan untuk memperbaiki asupan gizi anak menjadi lebih tepat sasaran dan hasilnya optimal.

Yayat menjelaskan, programnya sudah berjalan selama enam bulan di wilayah Bandung dan Garut, mencakup lebih dari lima sekolah di masing-masing daerah.

Selama implementasi, di beberapa kawasan ditemukan anak-anak tidak bisa makan ikan, atau kondisi anak yang tampak gemuk, tetapi sebenarnya tidak sehat secara indeks tubuh.

Sejauh ini, tantangan program adalah kesediaan wali murid memberikan data pribadi anak untuk integrasi dengan data pasokan bahan baku di dapur umum.

“Kami membutuhkan banyak data diri anak termasuk yang lebih spesifik, namun harus tetap memperhatikan kepatuhan terhadap regulasi perlindungan data pribadi,” ujarnya.

Sementara itu, pada hari yang sama, dua entitas di bawah naungan organisasi Muhammadiyah, yaitu PT Surya Ahda Digital (SADIGI) dan Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) Jakarta, menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Digital Mediatama Maxima Tbk (DMMX). Kerja sama ini bertujuan untuk mendukung digitalisasi di hampir seluruh sektor Amal Usaha Muhammadiyah.

Saat ini, Muhammadiyah mengelola lebih dari 28.500 lembaga pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi.

Sementara di bidang kesehatan, Muhammadiyah dan Aisyiyah mengelola sekitar 122 hingga 141 rumah sakit serta 260 hingga 400 klinik dan fasilitas layanan kesehatan.

Yayat menekankan bahwa kerjasama untuk melakukan digitalisasi ini bertujuan untuk memberikan dampak sosial yang lebih luas dan berkelanjutan di berbagai sektor kehidupan masyarakat.

Langkah digitalisasi yang diambil Muhammadiyah untuk berbagai sektor amal usaha, termasuk program monitoring MBG, menunjukkan bagaimana teknologi dapat digunakan sebagai alat bantu untuk menjawab persoalan sosial secara lebih terukur dan berkelanjutan.

Dengan pendekatan yang berbasis data, program semacam ini tidak hanya memperbaiki layanan, tetapi juga memperkuat upaya pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan yang konkret dan relevan di tingkat akar rumput.