KUBET – Perusahaan di Inggris Fokus Kurangi Emisi, Tapi Kurang Cepat Penuhi Target Global

Inggris berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca.
Namun upaya pengurangan emisi tersebut tidak berjalan pada kecepatan yang diinginkan atau yang diperlukan untuk memenuhi target iklim global.
Laporan ini merupakan hasil dari University of Exeter dan J O Hambro Capital Management yang menggunakan model perkiraan baru, disebut Horizon.
Model ini dirancang untuk memprediksi perubahan emisi dari bisnis-bisnis di Inggris dari tahun 2025 hingga 2050.
Model tersebut memperkirakan bahwa emisi akan terus meningkat hingga sekitar tahun 2032 dan turun drastis dari 350 juta ton CO2 yang setara dengan sekitar 115 juta ton pada tahun 2050.
Meskipun ini merupakan penurunan yang tajam, namun tidak cukup untuk memenuhi tujuan Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat C, catat penelitian tersebut.
Hal ini, mengutip Know ESG, Sabtu (28/6/2025) akan menyebabkan Inggris menghadapi transisi hijau yang tidak teratur, di mana peralihan ke ekonomi rendah karbon dapat dipercepat, berisiko, dan lebih mahal jika upaya iklim ditunda.
Lebih lanjut, studi mencakup 347 perusahaan di 20 sektor, yang mewakili 89 persen dari total nilai pasar saham Inggris.
Studi tersebut hanya menggunakan data emisi Cakupan 1 dan Cakupan 2 dan mengecualikan emisi Cakupan 3, karena masih belum dilaporkan secara akurat
Dari laporan itu, tiga sektor yang paling banyak menyumbang emisi adalah Mineral Energi, Industri Proses, dan Transportasi, yang menyumbang 88 persen dari total emisi perusahaan di Inggris.
Tidak hanya itu, bisnis di Inggris juga memiliki jejak karbon global yang bertanggung jawab atas sekitar 88,7 persen emisi di luar negeri melalui rantai pasokan dan operasi internasional.
Kendati jejak karbon global perusahaan Inggris meningkat, Inggris telah membuat kemajuan substansial dalam menurunkan emisi domestik sekitar 50 persen sejak 1990.
Hal ini dicapai terutama melalui peningkatan penggunaan energi terbarukan, yang sekarang memenuhi setengah dari permintaan listrik negara tersebut.
Studi juga menyimpulkan bahwa menghentikan aksi iklim akan membawa bencana iklim yang parah di masa mendatang.
Akibatnya, biaya akan meningkat, dan akan ada lebih banyak kerusakan dan masalah kesehatan, yang pada akhirnya mendorong semuanya ke jurang kehancuran.
Di sisi lain, investasi awal dalam teknologi hijau dapat mengurangi risiko jangka panjang, menciptakan peluang bisnis, dan meningkatkan hubungan dengan para pemangku kepentingan.