KUBET – Kombinasi Panel Surya Atap dan Baterai EV Penuhi 85 Persen Listrik Jepang

Jepang mengungkap, panel surya atap yang dikombinasikan dengan kendaraan listrik (EV) sebagai baterai bisa memenuhi 85 persen permintaan listrik Jepang dan mengurangi emisi karbon dioksida hingga 87 persen.
Temuan studi ini memberikan wawasan bahwa mencapai netralitas karbon bisa dilakukan dengan memanfaatkan infrastruktur yang ada (atap dan kendaraan) dari cuma mengandalkan sistem energi berskala besar.
Seiring dengan meningkatnya urgensi perubahan iklim, kota-kota di seluruh dunia tengah mencari cara untuk mendekarbonisasi sistem energi mereka guna memperlambat perubahan iklim.
Jepang dengan daerah pegunungan dan lahan terbatas menghadapi tantangan jika ingin memanfaatkan ladang surya.
Akan tetapi, melansir Techxplore pada Kamis (22/5/2025), Jepang memiliki lebih 8000 km2 atap dan pasar kendaraan listrik yang berkembang pesat.
Kombinasi sistem fotovoltaik (PV) atap dan baterai EV yang disebut sebagai sistem “PV + EV” atau “SolarEV City” itu menawarkan solusi praktis dan hemat biaya untuk membantu transisi menuju energi terbarukan dan kemandirian energi.
Hasil analisis peneliti menemukan panel surya dapat menghasilkan 1.017 TWh per tahun, lebih banyak dari total pembangkit listrik Jepang pada 2022.
Rata-rata sistem panel surya dapat memasok 45 persen kebutuhan listrik kota, sementara sistem panel surya dan kendaraan listrik meningkatkan angka ini menjadi 85 persen.
Selain secara drastis mengurangi emisi CO2, sistem ini juga dapat menurunkan biaya energi hingga 33 persen pada tahun 2030.
Hasil ini memiliki implikasi luas tidak hanya untuk Jepang, tetapi juga untuk negara-negara di seluruh dunia yang menghadapi kendala serupa.
Sistem panel surya atap dan kendaraan listrik sangat menjanjikan untuk wilayah perkotaan dan pedesaan di mana sistem energi terbarukan terpusat mungkin tidak memungkinkan.
Di daerah pedesaan, penelitian menemukan bahwa sejumlah wilayah dapat menghasilkan beberapa kali lipat permintaan listrik mereka melalui panel surya atap saja.
Namun daerah yang sangat perkotaan seperti Tokyo menghadapi keterbatasan yang lebih besar karena area atap yang lebih kecil dan lebih sedikit kendaraan.
“Untuk mewujudkan sistem ini dan bergerak menuju masyarakat yang lebih hijau, pada akhirnya kita memerlukan dukungan kebijakan,” kata Takuro Kobayashi dari Universitas Tohoku.
“Salah satu tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menyediakan banyak informasi ilmiah yang dapat dijadikan rujukan oleh para pembuat kebijakan saat membuat keputusan,” katanya lagi.
Studi dipublikasikan di Applied Energy.