KUBET – Tekstil Hijau dari Kombucha, Revolusi Fesyen Ramah Lingkungan

Ilustrasi pakaian

Lihat Foto

kombucha menjadi tekstil hijau, yang berpotensi mengubah industri mode.

Proses inovatif ini dapat secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dari produksi pakaian sekaligus menawarkan alternatif yang hemat biaya untuk bahan pakaian.

Melansir Happy Eco News, Rabu (21/5/2025) kombucha merupakan minuman fermentasi yang terbuat dari teh, gula, bakteri, dan ragi yang sudah dikenal sejak tahun 1886.

Namun kunci membuat kombucha menjadi tekstil hijau terletak pada
SCOBY atau kultur simbiosis bakteri dan ragi yang membentuk lapisan film mengambang selama fermentasi.

Ketika para peneliti memberi makan campuran SCOBY ini dengan gula dan minuman yang mengandung kafein seperti teh atau kopi, bakteri tertentu menghasilkan serat selulosa yang membentuk lapisan padat yang dapat dipanen.

Bahan tersebut memiliki kesamaan dengan katun tetapi menawarkan sifat yang lebih unggul, sekitar 10 kali lebih kuat dari katun dan memiliki kemampuan penyerapan yang luar biasa.

Sebagai bahan alami, tidak beracun, dan dapat terurai secara hayati, bahan ini menjadi alternatif yang menjanjikan untuk kain alami maupun sintetis.

Sebagai perbandingan, produksi kapas tradisional membutuhkan antara 8000 hingga 22.000 liter air hanya untuk satu kilogram serat.

Pertanian kapas juga sangat bergantung pada pestisida dan insektisida. Sebaliknya, penggunaan kombucha sebagai tekstil hijau dapat mengurangi biaya produksi secara signifikan.

Perkiraan awal menunjukkan biaya produksi sebesar 3-4 dollar AS per pon dibandingkan dengan 6-7 dollar AS untuk kapas konvensional.

Selain itu, ketergantungan industri tekstil saat ini pada kain sintetis seperti poliester dan nilon menciptakan masalah lingkungan tambahan.

Bahan-bahan ini, yang berasal dari bahan bakar fosil, melepaskan mikroplastik sepanjang siklus hidupnya. Seiring dengan pesatnya perkembangan mode cepat, dampak lingkungan ini terus meningkat.

Sementara fleksibilitas kombucha melampaui tekstil dasar karena sifat antibakteri alaminya sehingga bisa diaplikasikan sebagai bahan biomedis seperti perban kasa.

Bahan juga dapat diwarnai, dijahit, dan diolah untuk menciptakan tekstur yang berbeda, berpotensi menggantikan kulit pada pakaian, alas kaki, dan aksesori.

Peneliti juga telah mengembangkan metode produksi inovatif yang mengurangi limbah.