KUBET – Bank Kian Gencar Danai Bahan Bakar Fosil pada 2024

ilustrasi bahan bakar fosil

Lihat Foto

KOMPAS.com-Laporan tahunan Banking on Climate Chaos mengungkapkan bank-bank terbesar di dunia secara drastis meningkatkan dukungan mereka terhadap bahan bakar fosil pada tahun 2024. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap komitmen iklim mereka.

Menurut laporan tersebut, seperti dilansir dari Know ESG, Selasa (17/6/2025), sebanyak 65 bank global teratas menyediakan pembiayaan sebesar 869 miliar dolar AS untuk industri bahan bakar fosil pada 2024.

Angka tersebut meningkat sebesar 162 miliar dolar AS dari tahun sebelumnya, yang menghentikan tren penurunan yang dimulai pada 2021.

Laporan menganalisis data pinjaman dan penjaminan dari lebih dari 2.700 perusahaan yang terlibat dalam bahan bakar fosil.

Laporan kemudian menyoroti pergeseran yang mengkhawatirkan di antara banyak lembaga keuangan besar.

Bank-bank AS, khususnya telah menarik diri dari tujuan iklim menyusul adanya perubahan politik, termasuk pemilihan Donald Trump pada 2023.

Beberapa di antaranya telah keluar dari Net Zero Banking Alliance, koalisi iklim utama untuk sektor perbankan serta melemahkan atau mencabut pembatasan bahan bakar fosil sama sekali.

JP Morgan Chase muncul sebagai pemodal bahan bakar fosil terbesar secara global, menginvestasikan 53,5 miliar dolar AS di sektor ini pada tahun 2024.

Sementara itu, Barclays memimpin sebagai investor terbesar di Eropa yang menyediakan 35,4 miliar dolar AS.

Meski ada peringatan berulang kali dari para ilmuwan dan pakar energi, bank-bank terus membiayai ekspansi bahan bakar fosil.

Sejak tahun 2021, sebanyak 1,6 triliun dolar AS telah digelontorkan kepada perusahaan-perusahaan yang mendorong proyek-proyek bahan bakar fosil baru.

Pinjaman tetap menjadi bentuk pembiayaan yang dominan, tumbuh dari 422 miliar dolar AS pada tahun 2023 menjadi 467 miliar dolar AS pada tahun 2024.

Hal tersebut terjadi meskipun Badan Energi Internasional (IEA) bersikap tegas bahwa tidak boleh ada proyek bahan bakar fosil baru yang dikembangkan jika dunia berharap untuk tetap berada dalam batas suhu global 1,5 derajat C yang ditetapkan oleh Perjanjian Paris PBB tahun 2015.

Para pegiat iklim pun juga mengecam keras praktik di industri perbankan tersebut, yang mereka gambarkan sebagai greenwashing terang-terangan.

“Bank-bank ini terus membiayai perluasan industri bahan bakar fosil dan solusi palsu yang memperdalam ketidakadilan iklim, perampasan tanah, dan pelanggaran hak asasi manusia,” kata Tom BK Goldtooth, direktur eksekutif Indigenous Environmental Network.

Lucie Pinson, direktur Reclaim Finance, menambahkan bahwa sebagian besar bank kini telah “menjauh dari komitmen iklim” dan telah menggandakan ekspansi bahan bakar fosil, bahkan ketika suhu global mencapai rekor tertinggi.

Kelompok lingkungan berpendapat bahwa peraturan yang memiliki kekuatan hukum mengikat adalah satu-satunya cara untuk memaksa bank-bank agar beroperasi sesuai dengan rekomendasi atau tujuan sains iklim.