KUBET – Hemat Pestisida dan Lahan, Tanaman Bioteknologi Dukung Keberlanjutan

bioteknologi umumnya dinilai negatif, seperti tidak aman dikonsumsi hingga merusak keanekaragaman hayati.
Namun, Regulatory Science Manager Seed & Traits Bayer Indonesia, Woro Umayi Ananda (Ayi), menyatakan sebaliknya. Tanaman bioteknologi bisa mendukung keberlanjutan.
Salah satu buktinya, kata Ayi, tanaman bioteknologi mampu menekan penggunaan pestisida yang merugikan tanah hingga 17,3 persen.
Antara tahun 1998 – 2020, tanaman bioteknologi antiserangga telah mengurangi penggunaan pestisida global 748,6 juta kilogram, setara 7,2 persen.
Tanaman bioteknologi juga tidak merugikan serangga menguntungkan seperti lebah, kupu-kupu, cacing tanah, dan kepik.
Penggunaan lahan pertanian juga semakin menurun dengan tanaman bioteknologi sehingga lebih efisien dan berpotensi mencegah eksploitasi lahan.
Secara ekonomi, tanaman bioteknologi punya produktivitas tinggi. Di Vietnam, tanaman bioteknologi bisa tingkatkan produksi hingga 23,5 persen. Di Filipina, 30,4 persen.
“Dengan data-data ini, konsensus global menyatakan bahwa penggunaan tanaman bioteknologi itu aman untuk manusia, hewan, dan lingkungan,” ujar Ayi.
Dalam Media Class 2025 “The Science Behind: Food Security” pada Kamis (19/6/2025) Ayi menuturkan, tanaman bioteknologi di Indonesia belum massif karena minimnya edukasi.
Selain itu, proses pengembangan satu jenis tanaman bioteknologi dapat memakan waktu 12 hingga 16 tahun.
Lamanya prosedur itu untuk memastikan keamanan pangan, pakan, dan lingkungan, yang membuat produk tanaman bioteknologi masih jarang dijumpai di pasaran oleh para petani.
Menurut Ayi, masyarakat tidak boleh menutup mata terhadap kontribusi tanaman bioteknologi terhadap keberlanjutan
Tanaman bioteknologi memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari sistem pertanian berkelanjutan.