KUBET – Bank Lokal Ternyata Lebih Tangguh dan Bermanfaat dalam Krisis Iklim

Ilustrasi perubahan iklim

Lihat Foto

cuaca ekstrem menyebabkan kerusakan parah pada mata pencarian dan kondisi ekonomi masyarakat yang terkena dampaknya.

Dalam hal ini, sektor perbankan memiliki potensi besar untuk membantu meningkatkan ketahanan masyarakat akibat bencana tersebut.

Dalam jurnal De Economist, ekonom Vinzenz Peters dari Universitas Maastricht melakukan tinjauan literatur sistematis yang mencakup 76 studi empiris yang relevan.

Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk memahami bagaimana bank-bank terpengaruh oleh bencana alam dan bagaimana bank-bank berperan sebagai perantara dalam dampak-dampak bencana tersebut terhadap ekonomi riil.

Melansir Phys, Jumat (23/6/2025), bencana telah terbukti memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap neraca bank.

Namun, bagi bank yang berlokasi di negara-negara dengan sistem ekonomi dan keuangan yang maju serta bermodal besar, dampak negatifnya biasanya berumur pendek, dan lembaga keuangan pulih dengan cepat.

Peraturan yang ketat dan persyaratan modal yang tinggi terbukti meningkatkan kemampuan bank untuk bertahan menghadapi guncangan bencana yang dahsyat.

Sejauh ini, belum ada satu peristiwa pun yang benar-benar menjadi ancaman serius terhadap stabilitas keseluruhan sistem perbankan.

Namun, di negara-negara berkembang, guncangan parah seperti bencana alam atau krisis ekonomi memiliki dampak jangka panjang yang merusak kesehatan bank, meningkatkan risiko keuangan, dan menghambat keuntungan bank.

Akibatnya, bank-bank ini kesulitan memberikan pinjaman setelah guncangan tersebut, yang memperparah masalah ekonomi bagi rumah tangga dan perusahaan yang terkena bencana karena mereka kekurangan dana untuk membangun kembali dan memulihkan mata pencarian mereka.

“Kita tahu bahwa pembangunan ekonomi adalah salah satu indikator terbaik ketahanan ekonomi terhadap guncangan. Negara-negara kaya memiliki sumber daya untuk bangkit kembali, sementara negara-negara miskin tidak,” papar Peters.

“Bank-bank yang lebih lemah yang kurang memiliki permodalan akan menghentikan kredit, sehingga memperpanjang perjuangan untuk pulih di wilayah-wilayah yang dilanda bencana,” katanya lagi.

Penelitian ini tidak hanya menunjukkan satu sisi, tetapi juga menyoroti adanya “trade-off” yang perlu dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan dan masyarakat.

Hal tersebut merujuk pada sistem perbankan yang selama ini dikaitkan dengan efisiensi yang lebih tinggi seperti otomatisasi keputusan kredit, privatisasi, ternyata menghambat ketahanan di masa krisis.

Akan tetapi wilayah-wilayah yang memiliki bank-bank yang lebih tradisional, berorientasi lokal, dan berskala lebih kecil cenderung lebih tangguh secara rata-rata.