KUBET – Adena Coffee Berbagi Strategi Bangun Kopi Berkelanjutan dari Kebun

Tapi, seperti apa kopi berkelanjutan? Adena Coffee, wirausaha sosial kopi penerima grant sebesar rp 24 miliar dari DBS, menyatakan bahwa untuk mengupayakan kopi berkelanjutan, kuncinya ada di perkebunannya.
Selama 10 tahun bekerja dengan lebih dari 2.000 petani yang rata-rata berskala kecil, Adena melakukan beragam pendekatan pemberdayaan, mulai dari kopinya sendiri hingga ke anak-anak petani.
Founder dan CEO Adena Coffee, Abyatar, mengatakan bahwa upaya yang ditempuh untuk mensejahterakan para petani kopi, khusus petani di desa adalah dengan memperkenalkan dan menjunjung nama daerah penghasil kopi (origin) tersebut.
Contoh, pengalamannya memberdayakan kopi Kampung Kenawat di Aceh Tengah. Karena bekas wilayah konflik, kopi wilayah tersebut awalnya sulit dijual. Pengenalan area membuat kopi lebih dikenal secara luas.
“Kami membantu membuat origin kopinya, seperti Kopi Gayo Kenawat. Kini, petani kopi yang sebelumnya tidak ada pembeli, setidaknya memiliki 5 pembeli tetap dari daerah luar,” ujar Abyatar dalam acara group interview yang diadakan Bank DBS pada Selasa (24/6/2025).
Soal produktivitas, Adena memberikan pelatihan kepada para petani tentang cara menanam dan merawat pohon agar menghasilkan buah lebih banyak. Ia menekankan bahwa pohon kopi yang tinggi tidak selalu menghasilkan buah yang lebih banyak.
“Kita kasih tahu kalau pohon kopi yang tinggi-tinggi itu nggak selalu berbanding lurus dengan banyaknya buah kopi yang bisa dipanen,” jelasnya.
Oleh sebab itu, pelatihan yang diberikan tidak singkat. Menurut Abyatar, proses edukasi kepada petani bisa berlangsung 1 hingga 7 hari untuk memastikan petani memahami cara budidaya yang lebih efisien, tetapi tetap sesuai dengan cara-cara budidaya lokal.
Di wilayah-wilayah yang terdampak krisis air, Adena mengembangkan sistem pengolahan kopi tanpa menggunakan air, sebagai bentuk adaptasi terhadap perubahan iklim. Hal ini dilakukan agar petani tetap bisa menjalankan usahanya meski dengan sumber daya terbatas.
“Contohnya kayak di Flores, di sana susah banget air, sementara kopi ‘kan harus dicuci. Maka dari itu kita bikin sistem, kita carikan pasarnya, sebuah pengolahan kopi tanpa memerlukan air,” tutur Abyatar.
Tidak hanya fokus pada petani, Adena juga membangun komunitas anak-anak petani kopi melalui program bernama KOPINTAR — singkatan dari Kau Pintar. Program ini bertujuan membangun citra positif tentang profesi petani di mata generasi muda.
Menurut Abyatar, penurunan jumlah angkatan kerja di sektor pertanian terjadi karena tidak ada memori baik tentang menjadi petani. Anak-anak cenderung menganggap profesi tersebut sebagai pekerjaan yang kotor, melelahkan, dan selalu miskin.
“Dengan adanya KOPINTAR ini, Adena ingin anak-anak para petani tahu kalau apa yang dikerjakan oleh orang tuanya berdampak besar pada banyak orang di kota-kota besar,” katanya.
Selain itu, dalam hal harga jual, Adena juga melakukan perencanaan agar harga kopi tetap terjangkau bagi konsumen dan tidak jatuh saat panen raya. “Untuk melakukan itu, kami berupaya untuk mengamankan pasar terlebih dahulu,” ujar Abyatar.
Sebagai bentuk komitmen terhadap keberlanjutan, Adena secara rutin membuat laporan ESG (Environmental, Social, and Governance) setiap tahun. Hal ini dilakukan untuk memastikan usahanya tidak merugikan petani yang menjadi mitra.
Saat ini, Adena Coffee telah memperoleh sertifikat B Corp, yang menandakan kepatuhan pada standar keberlanjutan dan tanggung jawab sosial. “Semoga dengan adanya sertifikasi ini, keberlanjutan yang kita usung nggak terdengar seperti self-claiming,” pungkas Abyatar.
Adena Coffee merupakan wirausaha usaha dengan misi ingin berdampak secara sosial yang berfokus pada proses produksi dan pengelolaan kopi secara berkelanjutan sebelum kemudian mendistribusikan kopinya pada coffee shop dan konsumen retail.
Dengan pendanaan DBS, Adena Coffee berupaya mempeluas dampak dengan mengembangkan perangkat lunak untuk mendukung kepatuhan pada EUDR (European Deforestation Regulation) hingga membangun fasilitas wet mill dan fermentasi baru untuk melatih petani.